INFO GEMPA TERKINI



Imagery ©2010 TerraMetrics - Terms of Use


MARI MEMBANGUN TASIKMALAYA DALAM KERANGKA PROFESIONALISME DAN PEMBERDAYAAN

Senin, 13 September 2010

PENGAMAN AN ARUS MUDIK LEBARAN TAHUN 2010

Dalam rangka pengamanan arus mudik lebaran 1431 H/Tahun 2010, Kesusyankes Dinkes TASIKMALAYA telah melakukan berbagai persiapan yang matang. Pemantauan dan pelayanan kesehatan dalam rangka antisipasi arus mudik dilaksanakan dengan menjalin kerjasama lintas sektoral, horisontal, dan vertikal. Di tingkat  Dinkes dilaksankan koordinasi dengan Polresta Kab. Tasikmalaya dan Polresta Kota Tasikmalaya, Dinas Perhubungan, Dinas PU, dan stke holder lainnya yang berkepentingan dalm rangka mensukseskan kegiatan mudik tersebut.

Seluruh Puseksmas se- Wilayah Dinkes Kabupaten Tasikmalaya dilibatkan secara aktif dengan memberlakukan jaga 24 jam selama H-7 dan H+7 hari lebaran. Seperti tahun-tahun sebelumnya kegiatan tersebut dibawah koordinasi langsung Bapak Kepala Dinkes Kab. Tasikmalaya.
Disamping itu, Kesusyankes Tasikmalaya juga menjalin kemitraan dengan Jamsostek Tasikmalaya yang mengambil tempat Posko di kawasan Gentong batas utara Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan tersebut meliputi pemantauan arus mudik, pelayanan kesehatan gratis bagi pemudik dan penyediaan rest area.Kegiatan tersebut berlangsung selama 4 hari sebelum hari Lebaran.

Rabu, 28 Juli 2010

RAPAT KOORDINASI/TEKNIS PELAKSANAAN KHITANAN MASAL

Pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2010, bertempat di Aula Dinkeskab. Tasikmalaya diselenggarakan pertemuan koordinasi dan Teknis pelaksanaan Khitanan Masal yang rencananya akan dilaksanakan pada Hari Rabu taggal 4 Agustus 2010 di halaman Setda Kab. Tasikmalaya.


Hadir dalam pertemuan tersebut Seluruh Panitia pelaksana Teknis Medis Khitanan yang beranggotakan Staf Dinkes dan Pengurus dan Anggota PPNI Cabang Kab. Tasikmalaya.
Ketua PPNI Cabang Tasikmalaya, Bp. Dadan Hamdani,SKM yang juga Kepala Puskesmas Jamanis menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan kebijakan pelaksanaan kegiatan tersebut dan urgensinya terhadap organisasi PPNI secara luas. Pelaksanaan khitanan secara teknis disampaikan dan dipandu oleh Bp.H.Asep dari Puskesmas Sukahening. Selaku Penanggungjawab Medis, dr.H.Syarhan,MM memberikan beberapa penjelasan mengenai kesiapan setiap pelaksana dan beberapa kegiatan Kesusyankes yang berhubungan dengan pengabdian kepada masyarakat. Pertemuan atau rapat tersebut di pandu langsung oleh Sekretaris PPNI Cabang kab. Tasikmalaya,Bp. H.Ijang Budiana, SKM,.MKM.

Rabu, 30 Juni 2010

KATARAK


Indonesia memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita belum mampu melakukan operasi yang membutuhkan biaya sekitar Rp 4-5 juta. Termasuk di Wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Setiap tahun dilaksanakan Operasi Katarak Gratis bagi masyarakat kurang mampu. Yang pada tahun ini sumber pembiayaan berasal dari anggaran APBD II dan bantuan Gubernur Prop. Jawa Barat untuk program pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin
Sebagian besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. "Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Angka penderita katarak di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, karena daya beli masyarakat sangat rendah sehingga tidak sanggup membiayai operasi yang berkisar Rp 4-5 juta. Selain itu, tenaga medis ahli mata terbatas jumlahnya, sehingga tidak bisa menjangka u daerah Indonesia yang luas.
Alasan inilah yang melatarbelakangi Seksi Kesehatan Khusus Dinkes Kab. Tasikmalaya Jawa Barat, PERDAMI Bandung/RSM Cicendo(Dyah R. Kunti, dr.Sp.M, dkk) mengadakan operasi katarak massal terhadap 175 pasiem kurang mampu se-Kabupaten Tasikmalaya.
Dalam operasi ini, lensa mata  yang keruh dan menyebabkan kebutaan diganti dengan intra oculi lensa (IOL), sehingga bisa mendapatkan penglihatan normal kembali. "Bagi orang tidak mampu, hal ini sangat berarti, karena operasi katarak sangat mahal, sekitar Rp 4-5 juta.
Operasi katarak massal ini akan digelar pada tanggal 2 Juli 2010 RS Prasetya Bunda Tasikmalaya
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan, proses kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolisme lensa. Katarak dapat menimbulkan kebutaan, tetapi kebutaan oleh katarak dapat ditanggulangi. Prevalensi kebutaan katarak di Indonesia sebesar 1,47% pada tahun 1994, dan yang terbesar karena katarak senilis/ ketuaan.
Penyebab:
1.      Cedera mata.
2.      Penyakit metabolic, misalnya Diabetes dan akibat penggunaan obat dalam waktu lama seperti kortikosteroid.
3.      Katarak congenital, katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir atau beberapa saat  kemudian. Katarak congenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
a.      Infeksi congenital: campak.
b.      Berhubungan dengan penyakit metabolic seperti galaktosemia.
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah: penyakit metabolic yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada bayi ketika bayi masih dalam kandungan.
4.      Pada banyak kasus penyebab tidak diketahui.
5.      Katarak bisanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.

Terbentuknya Katarak

Suatu katarak terbentuk pada lensa mata yaitu struktur yang transparan (jernih) dibelakang iris (selaput berwarna yang mengelilingi pupil). Lensa menfokuskan sinar pada retina, selaput dibelakang mata yang sensitif terhadap sinar yang mengkonversi (merubah) impuls-impuls sinar kedalam signal-signal syaraf untuk menghasilkan gambar-gambar penglihatan yang jelas. Pengkabutan lensa, banyak menyerupai pencorengan minyak gemuk diatas sebuah lensa kamera, dapat berkembang pada umur berapa saja namun paling sering tampak pada orang-orang yang berumur lebih dari 42 tahun.
Kebanyakan katarak-katarak disebabkan oleh suatu perubahan dalam komposisi kimia lensa. Pada suatu persentase yang kecil dari kasus-kasus, perubahan-perubahan kimia disebabkan oleh suatu kerusakan enzim yang diturunkan atau diwariskan, trauma pada mata, diabetes, atau penggunaan dari obat-obat tertentu, seperti steroid prednisone.
Tepatnya mengapa katarak-katarak terjadi dengan umur tidak diketahui, namun radiasi ultraviolet, terutama dari matahari, diperkirakan memainkan suatu peran utama dalam menciptakan perubahan kimia pada lensa yang bertanggung jawab atas kebanyakan katarak-katarak. Bukti percobaan menyarankan bahwa radiasi UV dapat mengkabutkan lensa dengan membentuk fragmen-fragmen kimia yang sangat reaktif yang disebut "radikal bebas". Ini pada gilirannya mengacaukan atau mengganggu struktur lensa yang lembut. Tipe radiasi ultraviolet dari matahari disebut UVB- jenis yang menyebabkan pelepuhan terbakar matahari dan kanker kulit - diperkirakan adalah suatu faktor utama karena lensa menyerap sinar-sinar ini.
Tentu saja, pada suatu studi dari 838 nelayan Chesapeake Bay, Hugh Taylor, M.D., dari Johns Hopkins Hospital in Baltimore, Md., menemukan suatu hubungan yang kuat antara radiasi ultraviolet dan pembentukan katarak. Nelayan-nelayan dengan tingkat paparan radiasi ultraviolet paling tinggi mempunyai tiga kali risiko mendapatkan katarak dibanding dengan mereka dengan paparan yang paling lebih sedikit. Mereka dengan katarak-katarak mempunyai 20 persen lebih paparan pada sinar matahari setiap tahunnya dari kehidupannya. Studi-studi Taylor menyarankan bahwa katarak-katarak dapat decegah dengan menghindari paparan matahari antara jam 10 pagi dan jam 4 sore, ketika matahari bersinar paling kuat, dan dengan memakai topi yang lebar dan kacamata-kacamata hitam (sunglasses).
Suatu katarak dapat berkembang begitu perlahan bahwa seseorang mungkin tidak menyadari bahwa ia ada. Jika katarak berada pada pinggiran luar dari lensa, mungkin tidak ada perubahan dalam penglihatan yang tercatat. Pengkabutan dekat pusat (bagian tengah) lensa, bagaimanapun, biasanya mengganggu penglihatan yang jelas.

Gejala-Gejala Katarak

Gejala-gejala katarak termasuk penglihatan ganda atau kabur, kepekaan terhadap sinar dan cahaya yang menyilaukan (seperti matahari yang terik atau lampu-lampu besar mobil), persepsi warna yang kurang jelas, dan seringnya berganti-ganti kacamata yang diresepkan. Ketika katarak tumbuh memburuk, kacamata-kacamata yang lebih kuat tidak lagi memperbaiki penglihatan, meskipun memegang obyek-obyek lebih dekat ke mata mungkin membantu membaca dan bekerja yang dekat (close-up). Pupil, yang normalnya tampak hitam, mungkin menjalani perubahan-perubahan warna yang nyata dan tampak kekuningan atau putih.

Mendiagnosis Katarak

Katarak-katarak secara khas terdeteksi melalui suatu pemeriksaan medis mata. Dokter dapat melihat lensa abnormal menggunakan suatu alat penglihat yang dipegang dengan tangan (ophthalmoscope). Tes yang umum untuk ketajaman penglihatan, peta/tabel huruf mata, mungkin tidak, bagaimanapun, mencerminkan sifat dasar kehilangan penglihatan yang benar, kata American Academy of Ophthalmology. Tes-tes lain - yang mengukur kepekaan terhadap sinar yang menyilaukan, kepekaan kontras, penglihatan malam, penglihatan warna, dan penglihatan sekeliling atau tengah - membantu memakukan diagnosis.
Karena kebanyakan katarak-katarak yang berhubungan dengan umur berkembang secara perlahan, banyak pasien-paien mungkin tidak menyadari kehilangan penglihatannya sampai itu menjadi berat/parah. Beberapa katarak-katarak tetap kecil dan tidak pernah memerlukan perawatan, yang lain-lain tumbuh lebih cepat dan lebih besar secara progresif. Hanya ketika suatu katarak mengganggu secara serius aktivitas-aktivitas normal adalah waktunya untuk mempertimbangkan operasi, kata dokter. Orang-orang yang tergantung pada mata-mata mereka untuk bekerja, main dan aktivitas-aktivitas lain mungkin menginginkan katarak-katarak mereka diangkat lebih awal daripada mereka yang keperluan-keperluannya lebih tidak menuntut.
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti 1,2 :
  1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
  2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
  3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
  4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
  5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.
Pembagian Katarak

• Katarak Senilis / Ketuaan, yaitu katarak yang timbul setelah umur 40 tahun, proses pasti belum diketahui, diduga karena ketuaan/ degenaasi.
• Katarak Kongenital, yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu mengandung, terutama pada kehamilan 3 bulan pertama. Penyakit yang dapat menyebabkan katarak: Toksoplasmosis, dan Rubella/ German measle
• Katarak Traumatika, yaitu katarak yang dapat menyerang semua umur, biasanya karena pasca trauma baik tajam maupun tumpul pada mata terutama mengenai lensa.
• Katarak Komplikata, adalah katarak yang timbul pasca infeksi mata.

Katarak pada orang dewasa bisanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarak pada dewasa dikelompokkan:
1.      Katarak Immatur: lensa masih memiliki bagian yang jernih.
2.      Katarak Imatur: Lensa seluruhnya sudak keruh

Penumpukan protein di lensa mata

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan/gangguan penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut. 1

Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan seiring dengan pertambahan usia.

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina. 1
Penanganan Katarak
Kebutaan katarak dapat diatasi dengan operasi yaitu pengambilan lensa keruh. Ada beberapa tekinik operasi yang dilakukan , yaitu:
1. Operasi dengan irisan luas dengan jahitan konvensional dan dengan irisan kecil tanpa jahitan lensa dikeluarkan dengan alat Phaceomulsifikasi (small incision surgy).
Pemilihan teknik operasi ini tergantung keras/ lunaknya lensa. Setelah lensa katarak diambil, penderita hanya dapat menhitung jari pada jarak 1 meter, kecuali penderita diganti lensanya.
Penggantian lensa ada dua cara yaitu:
• Penderita setelah dioperasi diberi kacamata atau lensa kontak positif ±10 dioptri.
• Penderita dipasang lensa tanam bersamaan waktu dilakukan operasi, keuntungannya adalah penderita setelah operasi penderita langsung dapat melihat jelas, tidak perlu memakai kacamata sangat tebal, lapang pandang penderita tetap luas dan distorsi sinar dapat dihilangkan.

Pilihan-Pilihan (Opsi-Opsi) Perawatan

Selama pemeriksaan diagnostik, seorang ahli mata (ophthalmologist) akan mengukur secara hati-hati bentuk, ukuran dan kesehatan umum mata untuk menentukan apakah suatu implantasi (penanaman) lensa akan efektif. Pada jumlah kasus-kasus yang relatif kecil dimana itu tidak akan, kaca-kaca mata atau contact lenses akan memperbaiki penglihatan setelah operasi katarak tradisional. Kaca-kaca, ketika digunakan bertahun-tahun, mempunyai kelemahan-kelemahan. Ketebalan mereka yang ekstrim membuat mereka tidak atraktif dan berat. Pembesaran dan distorsi dari gambar penglihatan menyebabkan obyek-obyek terlihat lebih dekat dan 25 persen lebih besar daripada mereka sebetulnya. Penglihatan sekeliling mungkin berkurang. Contact lenses menyediakan penglihatan yang cukup baik, namun banyak orang-orang tua mempunyai kesulitan memasukkan, mengeluarkan, dan membersihkan mereka.
Suatu IOL yang ditanam biasanya adalah penggantian yang terbaik. Karena penanaman ditempatkan pada atau dekat posisis asal dari lensa alami yang diangkat, penglihatan dipulihkan kembali dengan penglihatan sekeliling dan persepsi kedalaman yang baik namun dengan pembesaran dan distorsi yang minimal.
Beberapa ahli-ahli memperkirakan bahwa sekitar 88 dari setiap 100 orang yang menerima IOL akan mencapai penglihatan 20/40 atau lebih baik. Seorang individu dengan penglihatan 20/40 dapat membaca huruf-huruf pada suatu peta huruf mata dari jarak 20 kaki, dimana seorang dengan penglihatan normal 20/20 dapat membaca peta dari jarak 40 kaki; penglihatan 20/40 adalah cukup baik untuk mendapat suatu ijin mengemudi pada kebanyakan negara bagian. Diantara mereka yang tidak mempunyai penyakit-penyakit mata lain, sekitar 94 dari 100 akan mencapai penglihatan 20/40.
IOL tetap secara permanen ditempat, tidak memerlukan pemeliharaan atau penanganan, dan tidak dirasakan baik oleh pasien maupun diperhatikan oleh orang lain. Kacamata-kacamata dengan lensa-lensa yang tipis untuk penglihatan dekat atau jauh mungkin masih diperlukan, namun kaca-kaca yang tebal tidak diperlukan. Seorang dokter dapat menentukan resep penanaman (implantasi) yang memadai dengan suatu alat ultrasound yang mengukur panjang mata dan lekukan kornea (corneal curvature). Pengukuran-pengukuran ini digabungkan oleh komputer untuk menghitung kekuatan lensa yang diperlukan.
Prosedur Penanaman (Implantasi) Lensa Intraokular (IOL)
Prosedur operasi standar, yang mencakup batasan biaya dari $3,000 sampai $5,000, dilakukan di rumah sakit atau ruang praktek dokter. Mengintai melalui suatu mikroskop operasi, ahli bedah membuat suatu sayatan kecil yang melengkung pada kornea - permukaan mata. Kemudian lensa yang berkabut dipotong/dilepaskan dengan suatu jarum yang tipis dan disedot keluar, meninggalakan secara utuh dinding belakang dari kapsul yang transparan yang mengelilingi lensa.
Ada tiga tipe operasi untuk mengangkat lensa-lensa yang mempunyai suatu katarak:
  1. Operasi ekstrakapsular (Extracapsular surgery). Ahli bedah mata mengangkat lensa, meninggalkan separuh belakang dari kapsul (penutup/pelapis bagian luar lensa).
  2. Phacoemulsification (dibaca FAY-co-ee-mul-sih-fih-CAY-shun). Pada tipe operasi ekstrakapsular ini, ahli bedah melunakkan lensa dengan gelombang-gelombang suara dan mengangkatnya melalui suatu jarum. Separuh belakang dari kapsul lensa ditinggalkan.
  3. Operasi Intrakapsular (Intracapsular surgery). Ahli bedah mengangkat seluruh lensa, termasuk kapsulnya. Metode ini jarang digunakan.
Ahli bedah memperbesar sayatan asli, dan lensa baru - suatu cakram plastik keras yang jernih - kemudian diselipkan kedalam dibelakang iris keatas pada dinding belakang kapsul. Dua lengan-lengan yang berbentuk "c" yang kecil sekali dilekatkan pada lensa yang akhirnya menjadi bekas luka kedalam bagian dari mata dan memegang lensa secara kokoh pada tempatnya. Sayatan ditutup dengan 7 sampai 10 jahitan-jahitan yang hampir tidak terlihat dari nylon atau sutra yang halus.
Pada suatu metode yang lebih baru, suatu ultrasonic probe memasuki potongan/sayatan pada kornea dan getaran-getaran berkecepatan tinggi memecah lensa kedalam bintik-bintik mikroskopik yang kemudian diangkat dengan penyedotan. Suatu lensa plastik yang dilipat yang bergaris tengah seperempat inch dapat dimasukkan melalui sayatan dengan suatu alat yang menyerupai gunting yang disebut suatu injector dan diposisikan dibelakang pupil terhadap dinding kapsul. Sekali ditempat, injector diangkat dan lensa terbuka.
Beberapa pabrikan juga mengembangkan bifocal IOLS, yang mungkin mengeliminasi keperluan pada beberapa pasien-pasien untuk kacamata-kacamata yang diresepkan setelah operasi.
Prosedur untuk mengangkat lensa alami dan menggantikannya dengan suatu yang sintetik dilakukan dibawah suatu pembiusan keseluruhan atau lokal dengan suntikan-suntikan yang dilakukan pada otot-otot sekeliling mata. Proses pemulihan memakan waktu beberapa jam di rumah sakit; pada sedikit kasus-kasus, ia mungkin memerlukan tinggal semalaman. Pasien memakai suatu pelindung metal pada matanya waktu malam; kacamata-kacamata hitam yang membungkus sekelilingnya direkomendasikan selama seharian.
Yang Terjadi Setelah Prosedur IOL
Dalam waktu beberapa hari dari operasi, kebanyakan orang-orang kembali bekerja. Pada beberapa kunjungan-kunjungan ke tempat praktek dokter selama enam sampai delapan minggu pertama setelah operasi, dokter akan memeriksa infeksi-infeksi atau komplikasi-komplikasi lain dan mencocokkan pasien pada kacamata-kacamata membaca. Penglihatan membaik secara signifikan pada 95 sampai 98 persen kasus-kasus.
Bagaimanapun, hasil-hasil dari operasi adalah tidak selalu bebas kecemasan. Setelah penanaman IOL, suatu pengkabutan kapsul lensa, dikenal sebagai suatu "katarak sekunder", terjadi pada kira-kira 40 persen kasus-kasus. Untuk memulihkan penglihatan, suatu laser berdenyut yttrium, aluminum, garnet (YAG) digunakan untuk menghasilkan suatu lubang non-thermally, dengan "optical breakdown." pada kapsul untuk mengizinkan jalan lintasan yang normal dari sinar-sinar kembali pada retina. Prosedur yang tidak menyakitkan ini memakan waktu beberapa menit; perbaikan biasanya adalah segera. Persoalan-persoalan lain yang mungkin terjadi pada suatu persentase kecil dari pasien-pasien termasuk pembengkakkan kornea, glaukoma, dan pembengkakan retina, yang mendistorsi penglihatan.
Pada waktu dimana lebih banyak dari yang pernah ada orang-orang Amerika yang lebih tua menantikan tahun-tahun kehidupan mereka yang aktif didepan mereka, IOLs dengan jelas menawarkan harapan dan suatu kehidupan yang lebih baik.
Pencegahan
Radiasi ultraviolet adalah tidak terlihat dan tidak dapat dirasakan, namun paparan jangka panjang padanya mungkin dikaitkan dengan pengembangan katarak-katarak. Paparan jangka pendek pada sinar ultraviolet yang sangat intensif - seperti ketika anda berada pada suatu lereng ski - dapat menghasilkan photokeratitis, juga disebut actinic keratopathy atau kebutaan salju (snow blindness). Bahkan ada beberapa bukti-bukti radiasi ultraviolet mungkin merusak retina mata.
Pada musim semi tahun 1990, suatu program memberikan etiket/label secara sukarela yang baru yang dikembangkan oleh Sunglass Association of America dalam kerjasama dengan Food and Drug Administration diharapak tersedia untuk memberitahu konsumen-konsumen berapa banyak perlindungan UV mereka dapat harapkan dari kacamata-kacamata hitam yang tidak diresepkan.
Program pemberian etiket/label secara sukarela meminta pabrikan-pabrikan untuk memasang suatu etiket/label pada kacamata-kacamata hitam yang mengspesifikasi tingkat perlindungan dari dua tipe sinar ultraviolet: radiasi ultraviolet A (UVA) yang panjang gelombangnya lebih panjang dan sinar-sinar ultraviolet B (UVB) yang panjang gelombangnya lebih pendek. Standar-standarnya dikembangkan pada tahun 1986 oleh American National Standards Institute in New York City melalui konsultasi dengan ahli-ahli dan pendidik-pendidik layanan mata, ilmuwan-ilmuwan peneliti, industri, dan para agen militer dan para agen pemerintah lain. Standar-standar pelabelan adalah satu-satunya pernyataan yang diakui pada kekayaan dan prestasi/dayaguna dari kacamata-kacamata hitam.
Katagori-katagori yang berbeda menggambarkan tingkat-tingkat perlindungan yang minimum dan diciptakan untuk membantu konsumen-konsumen mengambil kacamata-kacamata yang terbaik untuk tipe-tipe aktivitas yang mereka rencanakan:
  • Kosmetik: Untuk sinar matahari yang tidak keras dan penggunaan sekitar kota seperti pergi berbelanja. Ini akan memblokir paling sedikit 70 persen UVB, 20 persen UVA, dan kurang dari 60 persen sinar yang terlihat.
  • Tujuan Umum: Untuk kebanyakan aktivitas-aktivitas diluar rumah seperti berperahu, terbang, gerak jalan, piknik, dan tamasya-tamasya pantai. Mereka juga dapat digunakan untuk tempat-tempat kejadian salju. Mereka akan memblokir paling sedikit 95 persen UVB, paling sedikit 60 persen UVA, dan dari 60 sampai 92 persen dari sinar yang terlihat.
  • Tujuan Khusus: Untuk lingkungan-lingkungan yang terang seperti pantai-pantai tropis dan lereng-lereng ski dan untuk aktivitas-aktivitas seperti memanjat gunung. Mereka akan memblokir paling sedikit 99 persen UVB dan 60 persen UVA, sebagai tambahan pada dari 20 sampai 97 persen dari sinar yang terlihat.
Jumlah dari sinar yang menyilaukan yang terlihat yang diblokir oleh kacamata-kacamata hitam tergantung pada kegelapan dari lensa-lensa. Bentuk-bentuk yang lebih gelap dari kacamata-kacamat untuk tujuan tertentu dimaksudkan untuk suatu tingkat keterangan yang tinggi, dimana bentuk-betuk yang lebih terang dapat digunkan untuk situasi-situasi yang kurang terang - seperti main ski pada suatu hari yang berawan.
Sebagai tambahan, didalam katagori-katagori, cari persentasi sebenarnya dari radiasi UV matahari yang diakui diblokir oleh setiap model kacamata-kacamata tertentu. Lebih besar pemblokiran, lebih rendah risiko kerusakan UV pada mata.
Thomas Loomis, direktur teknik dari asosiasi kacamata Amerika, menawarkan nasehat ini ketika membeli kacamata-kacamata hitam yang tidak diresepkan:
Pertama, tentukan tujuannya, warna dan mode/fashion yang anda inginkan. Sekali anda telah membuat suatu pilihan, pegang kacamatanya keatas pada jarak sepanjang lengan tangan dan lihat melaluinya pada suatu obyek dengan suatu perbatasan yang lurus, seperti suatu rangka jendela atau pintu. Gerakan kacamata secara perlahan melaui garis. Jika tampaknya bergoyang, berayun atau menlengkung, lensa-lensa mengandung suatu kerusakan optik dan harus digantikan dengan pasangan lainnya.
Karena 8 persen dari pria-pria dan dan 3 persen dari wanita-wanita mempunyai suatu kerusakan penglihatan warna, pastikan kacamata-kacamata tidak mendistorsikan warna-warna dari tanda lalu lintas. Bayar untuk kacamata-kacamata, kata Loomis, jalan keluar dari toko dan lakukan tes anda sendiri. Jika mereka mendistorsi warna-warna, tukarkan mereka dengan pasangan yang lain.
Sumber: Kesus Dinkeskab Tasikmalaya, Insepar Foundation,Total kesehatan.com, Rumah Sehat, RS Mata Dr.YAP,  Fortune Star
Blog: inseparfoundation.wordpress.com
Email:insepar_foundation@yahoo.com



Sabtu, 26 Juni 2010

PELAPORAN AWAL BENCANA (FORM B-1)

SEHUBUNGAN TERJADINYA BENCANA TEKTONIK PADA HARI SABTU TGL 26 JUNI 2010 JAM 16.40 WIB MAG: 6,3 SR LOK: 8.37 LS-107.98 BT 118 KM BARAT DAYA TASIKMALAYA KEDALAMAN 34 KM, MAKA DENGAN INI DISAMPAIKAN AGAR SELURUH BAPAK/IBU KEPALA PUSEKESMAS SE-KABUPATEN TASIKMALAYA UNTUK SEGERA MEMBERIKAN LAPORAN RESMI/TERTULIS DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT B-1 (FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA). DIKUMPULKAN SELAMBAT-LAMBATNYA PADA HARI SENIN TGL 28 JUNI 2010 DI DKK/KESUS. (dr.H.Syarhan,MM-Koord. Penganggulangan Krisis kesehatan Dinkeskab Tasikmalaya)

Sabtu, 29 Mei 2010

KESEHATAN JIWA BERPERAN PENTING DALAM PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MILLENIUM

Menurut Menkes, penelitian yang dilakukan di beberapa tempat di Jawa Barat menunjukkan, ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas 36% diantaranya menunjukkan gejala mental emosional, dengan keadaan seperti itu patut diduga bahwa ibu tidak merawat kehamilanya dengan baik.
Akibatnya, ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan terencana sehingga dapat meningkatkan kematian anak.
Karena itu, konseling kesehatan jiwa yang terintegrasi dalam kegiatan pelayanan kebidanan akan memberi pengetahuan dan motivasi untuk memelihara kehamilan dengan penuh tanggung jawab sehingga dengan sendirinya akan mengurangi angka kematian anak dan ibu.
Selanjutnya dikatakan, kondisi kejiwaan seorang ibu sangat mempengaruhi dalam menjalankan perannya sebagai seorang wanita yaitu melahirkan, menyusui dan mengasuh anak, beberapa kasus di masyarakat menunjukkan pentingnya pemahaman kesehatan jiwa untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan akibat lemahnya kondisi kejiwaan seorang ibu.
Menkes menegaskan, kesehatan jiwa juga sangat penting dalam memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Sebagai contoh penggunaan NAPZA suntik meningkat dari 22,2% pada tahun 2001 menjadi 46,9% pada tahun 2002 dan meningkat lagi menjadi 61,8 % pada tahun 2003.
Penularan HIV/AIDS meningkat melalui jarum suntik dari 0,65% pada tahun 1995 menjadi berkisar 33,01% pada tahun 2004.
Kementerian Kesehatan memberikan perhatian khusus penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA melalui Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Direktorat Pencegahan dan Penaggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular dalam pemberantasan penyakit menular dan tidak menular.
Menkes menegaskan seruan memperkuat kerjasana global dan solidaritas untuk meraih MDGs sudah selayaknya secara nasional ditangkap untuk mewujudkan MDGs di Indonesia.
Kementerian Kesehatan mengarahkan pembangunan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan dengan penekanan untuk hidup sehat melalui pencegahan penyakit menular maupun tidak menular, hal itu dilakukan dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini, ujar Menkes.
Seminar dibuka Plt Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI, DR. dr. Sutoto, Mkes, diikuti sekitar 200 orang dari Kementerian Kesehatan, RS Vertikal dan Umum, dan lintas sektor seperti Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia, RS Jiwa seluruh Indonesia, dan Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia.
Dalam seminar menghadirkan 7 pembicara yaitu : Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Moeloek, Sp.M(K), Duta MDGs dengan topik : Overview pelaksanaan dan pencapaian target pembangunan Millenium 2000-2009, dr. Ratna Rosita, MPHM, Sekretaris Jenderal, Kemkes RI dengan topik : Upaya percepatan pencapaian target pembangunan Millenium, dr. Budiharja, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemkes RI dengan topik : Peranan kesehatan dalam pencapaian target pembangunan Millenium, tantangan dan hambatan, Prof. Harry Minas, University of Melbourne dengan topik : Peran kesehatan jiwa dalam pencapaian target pembangunan Millenium, Linda Amalia Sari, S.IP, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan topik : Menjawab isu gender, pendekatan kesehatan jiwa, Dr. Nafsiah Ben Mboi, Komisi Penanggulangan AIDS dengan topik : Peran kesehatan jiwa dalam memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, Prof. Ascobat Gani, MPH, Dr.PH, FKM-UI dengan topik Kesehatan jiwa dan kemiskinan : Tinjauan kesehatan jiwa dari aspek ekonomi.
DR. dr. Sutoto dalam sambutannya menyatakan Sidang Komite Pembangunan (Development Committee) Bank Dunia menilai kinerja Indonesia dalam upaya pencapaian target Pembangunan Milenium (MDGs) sudah baik. Namun masih ada beberapa saran perbaikan mendesak di sejumlah hal, untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan datang yaitu dengan mengkaji ulang langkah strategis yang telah dilakukan.
Menurut dr. Sutoto, dampak gangguan jiwa pada masyarakat sangat besar dan luas, karena kehilangan waktu produktif serta memerlukan biaya pengobatan dan perawatan. Beban akibat gangguan yang bersifat kronik dan ketidakmampuan yang diakibatkan penyakit dihitung melalui metode Global Burden of Disease dengan indikator DALY (Disability Adjusted Life Years) atau hilangnya waktu produktif. Pada tahun 2000 angka DALY 12,3% dan diproyeksikan meningkat menjadi 15% pada tahun 2020.